BUKAN yang paling kuat yang bisa bertahan hidup, bukan juga yang paling pintar. Yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling bisa beradaptasi dengan perubahan. Perubahan sebuah kemutlakan dan diperlukan untuk tumbuh menuju kemajuan.
Orang bijak berkata, apa pun yang ada di dunia ini selalu berubah. Maka tidak ada yang statis dan tidak ada yang abadi di dunia ini. Karenanya janganlah pernah berkata: saya sudah cukup, saya sudah puas dengan kondisi ini, saya sudah pintar, sudah menguasai dan mempelajari banyak keahlian dan ilmu. Karena semua itu hanya akan memandulkan perubahan.
PT Bravo Satria Perkasa (BSP), salah satu perusahaan yang terus melakukan perubahan dari waktu ke waktu. Sebelum nama BSP tersemat, BSP hanya berbadan hukum yayasan dengan nama Yayasan Bravo 99 yang berdiri tahun 1999 oleh para pendirinya, yakni Drs. H. Soeparno, Wahyu Sudarmojo, Deden Teguh Yustono Wibawa, & Joko Putro Nugroho Utomo.
Adanya perubahan regulasi kebijakan dari pemerintah bahwa perusahaan jasa pengamanan harus berbentuk badan hukum perseroan terbatas, maka Bravo 99 ber-metamorfosis menjadi PT Bravo Satria Perkasa (BSP) pada tanggal 12 Juli 2002.
President Director BSP, Joko PN Utomo mengatakan, perubahan status dari Yayasan menjadi Perseroan membuat gerak BSP semakin luas. BSP hadir menjemput ’bola’ sebagai bentuk kepedulian anak bangsa untuk memajukan negeri ini melalui pelayanan jasa pengamanan.
”Setiap manusia pada dasarnya butuh kenyamanan dan keamanan di lingkungannya, untuk itu BSP hadir melayani orang atau perusahaan yang membutuhkan jasa pengamanan,” jelasnya.
Joko menambahkan, visi BSP ingin menjadi perusahaan yang profesional dan dapat dihandalkan, sehingga menjadi pilihan utama di bidang jasa pengamanan. Visi tersebut dijabarkan melalui misinya dengan memberikan layanan cepat, akurat dan efisien serta solusi yang tepat dan bermutu sehingga memudahkan para pengguna jasa dalam melakukan kegiatan usahanya, dengan dukungan teknologi menejemen yang handal serta SDM yang mumpuni, terampil, dan profesional.
Sejak awal berdiri, BSP telah memiliki klien di bidang perbankan, waktu itu Bank Universal yang saat ini berganti nama menjadi Bank Permata, karenanya tak heran jika bicara pengamanan perbankan, maka BSP nama yang paling santer disebut. ”Bicara pengamanan bank, ya BSP,” tuturnya dibarengi senyuman lebar.
Menurut keterangannya (Joko-red), saat pertama kali merintis bisnis ini, BSP tertantang dengan permintaan klien dalam hal ini Bank Universal untuk menampilkan sekuriti bank yang berbeda, yaitu lebih komunikatif dan elegan. Tak hanya menjaga di pintu depan melainkan juga sebagai front liner yang bisa berkomunikasi dengan calon nasabah.
”Penampilan lebih rapi, bahasa yang ramah, selalu memberikan senyuman bahkan menjelaskan sekilas produk bank kepada nasabah,” tutur leader perusahaan berlogo angsa hitam ini.
Awalnya Joko berkerut kening melihat permintaan klien, namun karena jiwa ingin selalu melayani berkembang, maka tim Joko pun mendesain anggotanya serta jajaran manajemennya sebagaimana yang diinginkan klien. Alhasil, tahun 2001 BSP menjadi BUJP terbaik dalam kategori ’Pelayanan Terbaik Sekuriti Perbankan’ dari beberapa kategori yang dicanangkan oleh tim penilai, pada saat itu tim penilai sedang melakukan penilaian terhadap pelayanan Bank Universal (saat ini Bank Permata).
Berkat layanan yang baik, akhirnya BSP kian mendapatkan perhatian positif dari bank-bank lain. Saat itulah BSP mulai menunjukkan performa yang lebih baik, hingga sekarang anggota sekuriti BSP mencapai jumlah 14.000-an anggota sekuriti, sementara saat awal berdiri hanya mengelola 70-an anggota sekuriti.
”Saya memiliki mimpi, nanti orang bangun tidur butuh pengamanan, ingatnya Bravo,” tutur Joko.
Sementara itu H. Djarot Soeprianto, Direktur yang juga salah satu pemilik BSP senada dengan Joko, bahwa sejak berdiri, BSP klien pertamanya adalah perbankan. Saat itu, Djarot kebetulan sebagai PIC Bank Universal yang menantang Joko untuk berubah tampilan.
Gayung pun bersambut, guidance dari Djarot diterjemahkan Joko menjadi sebuah tampilan sekuriti yang elegan dan profesional. Karena kecocokan ini, akhirnya Djarot meninggalkan aktivitasnya di dunia perbankan dan pada tahun 2007 bergabung menjadi bagian dari bisnis BSP.
Djarot memaparkan, untuk mewujudkan visi dan misi, BSP senantiasa bekerja berdasarkan prinsip profesionalisme dan berorientasi kepada kepuasan klien. Setiap anggota personil BSP diarahkan untuk memiliki kualitas KSA (Knowledge, Skill& Attitude) dan mampu memberikan service excellent kepada klien.
Selain itu, anggota juga dibekali dengan panduan praktis hal-hal yang menjadi keseharian di bank seperti ucapan saat menerima telepon (greating) dan menyapa nasabah bank. Maka dengan begitu, selain memberikan fungsi pengamanan, anggota juga diminta untuk menjalankan fungsi pelayanan.
Menurut Djarot, tenaga pengamanan merupakan ujung tombak perusahaan. Hal itu dapat dimengerti karena merekalah yang setiap hari bertemu dan berinteraksi dengan klien. Jika perilaku mereka baik maka akan memberikan citra positif kepada perusahaan, dan begitu pula sebaliknya. ”Kami bersyukur selama ini klien memandang anggota kami profesional dalam menjalankan tugas di lapangan,” ujarnya.
Djarot menambahkan, 70% pengguna jasa keamanan BSP adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan, sisanya merupakan instansi pemerintah dan swasta, seperti manufaktur dan industri, pelayanan umum, retail dan properti, pertambangan dan perminyakan, pemerintahan dan bidang-bidang lainnya.
Sementara itu Krisnawan, General Manajer Operasi & Pengembangan Bisnis BSP menjelaskan, demi menjaga reputasi perusahaan di mata klien, maka pembinaan mental anggota rutin dilakukan.
”Karena kami menghargai profesi sekuriti, maka sekuriti harus menghargai profesinya dengan berbuat yang terbaik sesuai peraturan perusahaan,”paparnya.
Saat ini, BSP melayani beberapa kegiatan di bidang pengamanan, mulai dari VIP Guard, pelatihan keamanan, jasa pengamanan, investigasi sekuriti, close personal protection, event security, Task Force Bravo dan Operation Command Center. Bahkan BSP tidak ingin ketinggalan dalam informasi cyber crime yang kerap terjadi di dunia perbankan.
”Jika ada bentuk kejahatan baru yang menggunakan media online, kita informasikan ke user dan anggota, minimal mereka tahu dan tidak buta informasi,” terangnya. [FR]