KSATRIA| Palu–Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkap, jumlah korban meninggal dunia gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, bertambah menjadi 1.571 orang. Mayoritas korban tewas ini ditemukan di Kota Teluk, Palu.

“Sebanyak 1.571 korban meninggal dunia. Rinciannya 144 di Donggala, 1.351 di Palu, 62 di Sigi, 12 di Moutoung, dan 1 orang di Pasang Kayu,” kata Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Jumat (5/10/2018).

Dia menjelaskan, sebagian besar korban meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan. Dia menyebut, 1.551 jenazah korban gempa Palu dan Donggala telah dimakamkan secara massal.

Menanggapi bencana yang terjadi di Sulteng ini, PT. Bravo Satria Perkasa (BSP) Indonesia Timur melalui instruksi Direktur Utama BSP, Joko PN Utomo dan Direktur BSP Djarot Soeprianto membuka posko bencana gempa BSP Palu melalui team Bravo Tanggap Bencana (Bagana).

Untuk melakukan koordinasi dengan pihak di daerah, Head Office BSP mengutus YC Khaled Purnama Manager Operational, Rangga Aditya Nugroho, Head of Operation and Business Division, dan Suhendy Section Head of Operation Dept. untuk berkoordinasi dengan Head of Area Indonesia Timur Sarwohadi dan Komandan Sektor Wilayah Palu Jamrin.

Team Bagana berangkat ke Palu sejak tanggal 29 September 2018. Team Bagana membuat perencanaan kegiatan di Palu. Bagana merupakan team tanggap bencana dalam penanganan operasi recovery pengamanan proyek-proyek BSP yang ada di Palu. Sementara kekuatan personilnya bukan untuk penanganan evakuasi.

“Kedatangan kami ke lokasi bencana untuk merespons dengan cepat, baik kebutuhan personil dan kebutuhan klien kami di Palu terkait kondisi bencana, terutama untuk recovery pengamanan proyek,” kata Suhendy Section Head of Operation Dept BSP.

Dengan waktu cepat, Bagana mengidentifikasi adanya korban bencana dari keluarga para anggota BSP di Palu. Sekaligus membackup keamanan di beberapa proyek yang ada di Palu.

Dalam kunjungan itu, kami terharu dengan anggota satpam BSP bernama Wayan yang bertugas di PT APL Palu. Untuk menjaga aset perusahaan yang bernilai miliaran, ia tak mau meninggalkan lokasi APL, meski ia selama tiga hari tidak mandi karena mengantisipasi dari kejahatan yang timbul.

Padahal Wayan oleh keluarganya diminta untuk meninggalkan lokasi APL dan mengungsi ke kampung halaman di Parigi Moutong. “Wayan hanya bilang kalau saya pergi siapa yang jaga APL dan menjaga produk produk yang nilainya Miliaran,” ungkap Suhendy meniru Wayan.

Berbeda dengan Wayan, satpam Mohamad Fadli, yang bekerja di CIMB Niaga Auto Finance, Saat bertugas anak dan istrinya berada di rumah di daerah Petobo, saat gempa dan tsunami ia sedang bertugas, Fadli mempertahankan project dengan aman, tetapi harus dibayar mahal anak istrinya ditelan bumi.

“Rumahnya amblas ditutup lumpur yang keluar dari perut bumi, hari ketiga dilakukan penggalian oleh team SAR, anak istri Fadli ditemukan sedang berpelukan, Inalillahi wa Inna ilaihi Raji’un. Semoga keluarga Fadli diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa, kami respect untuk Fadli dan seluruh anggota BSP yang sedang bertugas pada saat musibah terjadi,” katanya.

Sebagai bentuk apresiasi kepada korban yang terkena musibah dan tanggungjawabnya dalam bertugas, maka BSP melalui team Bagana memberikan bantuan dan support semangat kepada anggota yang menjadi korban bencana.

Keluarga besar BSP masih dalam duka, karena hingga sekarang sebanyak 28 anggota BSP masih belum bisa dihubungi atau diketemukan. Team Bagana akan terus mencari informasi terkait anggotanya ini.[]

 

Share This: